Rabu, 10 April 2013

sosiologi-Kesimpulan dari pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang


Kesimpulan dari pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang
By : Megawati
   Berdasarkan uraian dalam analisis khususnya mengidentifikasi dan menganalisis pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang dalam memaknai arti keperawanan (virginitas). Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.      Melemahnya nilai norma-norma sosial yang berfungi sebagai pengontrol dalam hidup masyarakat dan menjadi panutan masyarakat Bangka Belitung khususnya kota Pangkalpinang. Selain adat istiadat ada juga norma-norma yaitu norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum yang seharusnya menjadi panutan agar terjadi keseimbangan dalam berperilaku. Karena bertindak tidak sesuai dengan adat istiadat dan norma-norma yang berlaku akhirnya pelajar tersebut cenderung melakukan penyimpangan dalam perilakunya.  Max Weber mengatakan seseorang haruslah menyadari tentang fakta bahwa perilaku bermakna samar dalam bentuk-bentuk yang tidak bermakna. Banyak perilaku tradisional begitu biasa seakan-akan hampir tidak bermakna. Dalam hal ini dimaksudkan adalah adanya budaya dan norma-norma yang seharusnya dijunjung tinggi karena didalam budaya terdapat nilai-nilai dan norma sosial. Misalnya adat istiadat yang mempunyai nilai pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku masyarakatnya. Tetapi dengan adanya kemajuan dan arus globalisasi yang tidak bisa disaring lagi oleh masyarakat akhirnya berdampak pada berkurangnya nilai adat istiadat dan norma-norma  yang seharusnya menjadi pengontrol tingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Karena semakin samarnya nilai norma dan adat tersebut maka perilaku penyimpangan itu bukanlah hal yang tabu lagi, termasuk didalamnya pergaulan bebas.
2.      Pergeseran perilaku pelajar biasanya diawali dengan pergaulan pelajar yang tidak terkontrol oleh orang tua. Biasanya pelajar yang terjebak dalam pergaulan ini adalah pelajar yang kos atau tinggal jauh dari orang tua, dan ada juga pelajar yang tinggal dengan orang tua tetapi kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya, sehingga pelajar tersebut berperilaku bebas dan sesuka hatinya. Orang tua yang terkesan mendiamkan kelakuan anaknya dan terkesan tidak peduli, ini dianggap oleh pelajar memberikan “sinyal” setuju-setuju saja dengan kegiatan mereka. Yang akhirnya pelajar bersikap semaunya sampai dengan pergaulan bebas pun mereka lakukan tanpa rasa bersalah sama sekali, yang akhirnya sebagian besar pelajar menganggap seks bebas itu adalah hal yang biasa.
3.      Selain pergaulan yang terkesan bebas dan kurangnya pantauan dari orang tua, teknologi dan komunikasi sangat mempengaruhi perilaku pelajar. Dengan internet pelajar dapat mendownload film dan video yang belum pantas untuk mereka tonton. Social network atau  jejaring sosial dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Selain itu teknologi handphone yang canggih disalahgunakan oleh pelajar, Misalnya aplikasi video dan kamera yang digunakan untuk foto-foto yang kurang wajar dan untuk merekam video yang tidak pantas.
4.      Kedekatan dengan tuhan dan  pribadi individu sangat menentukan perilaku pelajar. Pelajar yang bisa membentengi dirinya tidak akan terjebak kedalam pergaulan bebas, biasanya pelajar yang bisa berpegang teguh dan tidak mudah terpengaruh dengan orang lain terutama dalam hal pergaulan bebas adalah pelajar yang dekat dengan tuhan dan taat akan agama. Ketika seorang pelajar memahami bahwa virginitas itu adalah hal yang harus dijaga maka pelajar tersebut pasti akan mempertahakannya. Seharusnya pelajar bisa membatasi pergaulannya dengan orang lain, terutama pelajar perempuan dengan teman laki-lakinya. Pelajar tersebut harus membatasi dirinya mana yang masih dalam hal wajar didalam pergaulannya dan mana yang tidak wajar dan harus dijauhi.
5.      Pendapat pelajar yang menganggap seks bebas itu adalah hal yang biasa pada akhirnya menghasilkan pemaknaan akan arti dari sebuah virginitas (kesucian). Mereka akhirnya memberikan image yang buruk kepada pelaku seks bebas. menurut mereka pelajar dengan kondisi fisik yang tidak virgin lagi itu adalah pelajar yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri yang berarti tidak bisa menghormati dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Cooley dalam konsep “ looking glass self “ dimana kita adalah apa yang orang lihat dan orang nilai. Begitu juga dalam hal ini pelajar yang melakukan seks bebas akan diberikan image oleh pelajar lain bahwa pelajar tersebut tidak bisa menjaga dirinya dan tidak mengetahui betapa berharganya arti dari sebuah virginitas. Apa yang dinilai oleh pelajar itu memang benar adanya karena pelajar tersebut sudah melihat keadaan yang sebenarnya telah terjadi di dalam pergaulan pelajar SMA di Pangkalpinang.
Saran-saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang dalam memaknai kesucian (virginitas) pra nikah adalah sebagai berikut. :
1.      Orang tua harus memberikan perhatian lebih kepada anaknya, lebih peduli dan harus banyak menanyakan apa saja kegiatan anaknya baik diluar sekolah maupun diluar sekolah. Orang tua pun harus membatasi pergaulan anaknya dan orang tua berhak memilih teman untuk anaknya bermain, mana teman yang baik dan mana teman yang harus dijauhi. Untuk orang tua yang terpaksa jauh dari anaknya dan akhirnya anaknya harus kos atau tinggal diasrama, seharusnya orang tua mencarikan orang tua pengganti atau biasa disebut dengan walinya. Bisa jadi itu kepala asrama, ibu kos, ataupun salah satu kerabat dekat dan tentunya mereka bisa dipercayai untuk memantau dan mengontrol pergaulan anaknya. Selain itu seharusnya orang tua memberikan izin untuk anaknya ketika anaknya berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan disekolah maupun dilluar sekolah. Ini diharapkan agar pelajar tersebut focus dengan kegiatannya dan berambisi untuk meraih prestasi setinggi mungkin. Dengan  begitu pelajar tidak memiliki waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya paccaran, balap liar, nongkrong, dan lain-lain.
2.      Modernisasi informasi diciptakan, dan dimanfaatkan untuk kemajuan  dan perkembangan komunikasi untuk masyarakat banyak termasuk dengan pelajar. Pelajar SMA sangat butuh mencari informasi dan data untuk membantu dalam pengerjaan tugas, dan rata-rata pelajar sekarang kebanyakan sudah tergantung kepada internet. Karena itu tidak heran terkadang pelajar SMA telah di fasilitasi semacam gadget seperti handphone, smartphone, laptop, ipad, dan lain-lain, agar bias dengan mudah mengakses internet  dengan mudah dan lebih cepat pastinya. Tetapi pemanfaatkan teknologi tersebut harus positif dan bersikap wajar. misalnya untuk handphone yang memiliki memori card sebaiknya kapasitas memori cardnya dibatasi hanya untuk menyimpan beberapa foto dan lagu, ini supaya pelajar tidak bisa menyimpan video-video yang belum pantas untuk mereka lihat. Untuk penggunaan smartphone seperti blackberry  misalnnya paket internet dan servis blackberrynya pun dibatasi hanya untuk sekedar pesan singkat dan jejaring sosial saja, disarankan untuk tidak memakai paket full service untuk menghindari pelajar mendownload video-video dewasa. Sedangkan untuk penggunaan komputer dan modem, seharusnya situs-situs dewasa diblokir terlebih dahulu, agar pelajar tidak bisa mengakses ke web yang telah disediakan itu.
3.      Pembekalan ilmu agama dan seks, seharusnya sejak dini pelajar sudah dibekali dengan ilmu keagamaan. Kedekatan dengan tuhan bukan hanya mendidik mereka untuk menjauhi pergaulan bebas tetapi untuk bekalnya nanti di akhirat. Selain ilmu tentang keagamaan, pelajar juga harus dibekali akan pemaknaan tentang seks itu apa, agar ketika dewasa pelajar tidak sesat pikir.  Selain pembekalan tentang agama anak juga harus dibekali pengetahuan tentang seks agar mereka tidak pikir, dan akhirnya mereka dapat membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, sebatas mana pergaulan itu dianggap wajar, dan mana yang tidak wajar dan harus dijauhi. Memberikan penjelasan untuk anaknya terutama remaja perempuan bahwa virginitas itu adalah hal yang penting dan harus dijaga seperti yang dikatakan Kertas putih  arti  virginitas atau keperawanan bagi remaja putri, gadis, dan wanita yang belum menikah adalah sebuah nilai kesucian yang harus dijaga sampai dia memasuki kehidupan rumah tangga. Sebagaimana yang dijelaskan oleh kertas putih tersebut diatas bahwa sesungguhnya sebuah virginitas itu harus dijaga. Dan virginitas itu hanya dimiliki oleh seorang perempuan dan alangkah kelebihan itu harus dijaga sampai dengan jenjang pernikahan.
4.      Guru, masyarakat sekitar, dan juga pemerintah juga harus mendukung agar bisa mencegah pergaulan bebas yang pada akhirnya berimplikasi pada pandangan pelajar tentang seks bebas itu adalah hak yang biasa dan virginitas itu seakan-akan bukanlah sesuatu yang berharga lagi. Pergaulan bebas bisa dicegah dengan adanya perhatian dari orang tua dan dibantu dengan guru yang mengajar, masyarakat sekitar, dan pemerintah.  Misalnya sering diadakan event-event atau kejuaraan-kejuaraan seperti olahraga, seni budaya, grup vocal, dan lain-lain, ini diharapkan agar pelajar focus untuk mengejar prestasi dan akhirnya bisa membanggakan orang tua, teman, guru, dan diri sendiri. Memunculkan kembali identitas daerah khususnya kota Pangkalpinang dimata para pelajar. Bahwa kota Pangkalpinang itu adalah bagian dari provinsi Bangka Belitung. Yang perilaku masyarakatnya diatur oleh adat istiadat serta kebudayaan melayu. Adat istiadat rumpun melayu itu seperti berpakaian yang sopan terutama untuk perempuan tidak mengumbar auratnya, bertutur kata santun, menghormati orang tua, dan taat terhadap agama dan kepercayaannya. Selain itu juga ada norma-norma yang berlaku di negara ini, dan semua warganya bertindak dengan berpedoman dan  menjujung tinggi nilai dan norma-norma yang berlaku di negara ini. Semua tindakan harus berdasarkan norma sehingga akan ada hukuman ketika terjadi pelanggaran atau sengaja untuk melanggar dari adat istiadat dan norma-norma tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar