Kesimpulan
dari pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang
By :
Megawati
Berdasarkan uraian dalam analisis khususnya mengidentifikasi dan
menganalisis pergeseran perilaku pelajar SMA kota Pangkalpinang dalam memaknai
arti keperawanan (virginitas). Maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Melemahnya nilai norma-norma sosial yang berfungi sebagai pengontrol
dalam hidup masyarakat dan menjadi panutan masyarakat Bangka Belitung khususnya
kota Pangkalpinang. Selain adat istiadat ada juga norma-norma yaitu norma
agama, norma kesopanan, norma kesusilaan, dan norma hukum yang seharusnya
menjadi panutan agar terjadi keseimbangan dalam berperilaku. Karena bertindak
tidak sesuai dengan adat istiadat dan norma-norma yang berlaku akhirnya pelajar
tersebut cenderung melakukan penyimpangan dalam perilakunya. Max Weber
mengatakan seseorang haruslah menyadari tentang fakta bahwa perilaku bermakna
samar dalam bentuk-bentuk yang tidak bermakna. Banyak perilaku tradisional
begitu biasa seakan-akan hampir tidak bermakna. Dalam hal ini dimaksudkan
adalah adanya budaya dan norma-norma yang seharusnya dijunjung tinggi karena
didalam budaya terdapat nilai-nilai dan norma sosial. Misalnya adat istiadat
yang mempunyai nilai pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku
masyarakatnya. Tetapi dengan adanya kemajuan dan arus globalisasi yang tidak
bisa disaring lagi oleh masyarakat akhirnya berdampak pada berkurangnya nilai
adat istiadat dan norma-norma yang
seharusnya menjadi pengontrol tingkah laku dalam hidup bermasyarakat. Karena
semakin samarnya nilai norma dan adat tersebut maka perilaku penyimpangan itu
bukanlah hal yang tabu lagi, termasuk didalamnya pergaulan bebas.
2.
Pergeseran
perilaku pelajar biasanya diawali dengan pergaulan pelajar yang tidak
terkontrol oleh orang tua. Biasanya pelajar yang terjebak dalam pergaulan ini
adalah pelajar yang kos atau tinggal jauh dari orang tua, dan ada juga pelajar
yang tinggal dengan orang tua tetapi kurang mendapatkan perhatian dari orang
tuanya, sehingga pelajar tersebut berperilaku bebas dan sesuka hatinya. Orang
tua yang terkesan mendiamkan kelakuan anaknya dan terkesan tidak peduli, ini
dianggap oleh pelajar memberikan “sinyal” setuju-setuju saja dengan kegiatan
mereka. Yang akhirnya pelajar bersikap semaunya sampai dengan pergaulan bebas
pun mereka lakukan tanpa rasa bersalah sama sekali, yang akhirnya sebagian
besar pelajar menganggap seks bebas itu adalah hal yang biasa.
3.
Selain pergaulan
yang terkesan bebas dan kurangnya pantauan dari orang tua, teknologi dan
komunikasi sangat mempengaruhi perilaku pelajar. Dengan internet pelajar dapat
mendownload film dan video yang belum pantas untuk mereka tonton. Social network atau jejaring sosial dimanfaatkan untuk hal-hal
yang tidak semestinya. Selain itu teknologi handphone yang canggih
disalahgunakan oleh pelajar, Misalnya aplikasi video dan kamera yang digunakan
untuk foto-foto yang kurang wajar dan untuk merekam video yang tidak pantas.
4.
Kedekatan dengan
tuhan dan pribadi individu sangat
menentukan perilaku pelajar. Pelajar yang bisa membentengi dirinya tidak akan
terjebak kedalam pergaulan bebas, biasanya pelajar yang bisa berpegang teguh
dan tidak mudah terpengaruh dengan orang lain terutama dalam hal pergaulan
bebas adalah pelajar yang dekat dengan tuhan dan taat akan agama. Ketika
seorang pelajar memahami bahwa virginitas itu adalah hal yang harus dijaga maka
pelajar tersebut pasti akan mempertahakannya. Seharusnya pelajar bisa membatasi
pergaulannya dengan orang lain, terutama pelajar perempuan dengan teman
laki-lakinya. Pelajar tersebut harus membatasi dirinya mana yang masih dalam
hal wajar didalam pergaulannya dan mana yang tidak wajar dan harus dijauhi.
5. Pendapat pelajar yang menganggap seks bebas itu adalah
hal yang biasa pada akhirnya menghasilkan pemaknaan akan arti dari sebuah
virginitas (kesucian). Mereka akhirnya memberikan image yang buruk kepada pelaku seks bebas. menurut mereka pelajar
dengan kondisi fisik yang tidak virgin lagi itu adalah pelajar yang tidak bisa
menjaga dirinya sendiri yang berarti tidak bisa menghormati dirinya sendiri.
Seperti yang dikatakan Cooley dalam konsep “
looking glass self “ dimana kita adalah apa yang orang lihat dan orang
nilai. Begitu juga dalam hal ini pelajar yang melakukan seks bebas akan
diberikan image oleh pelajar lain
bahwa pelajar tersebut tidak bisa menjaga dirinya dan tidak mengetahui betapa
berharganya arti dari sebuah virginitas. Apa yang dinilai oleh pelajar itu
memang benar adanya karena pelajar tersebut sudah melihat keadaan yang
sebenarnya telah terjadi di dalam pergaulan pelajar SMA di Pangkalpinang.
Saran-saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan pergeseran perilaku pelajar
SMA kota Pangkalpinang dalam memaknai kesucian (virginitas) pra nikah adalah
sebagai berikut. :
1. Orang tua harus memberikan
perhatian lebih kepada anaknya, lebih peduli dan harus banyak menanyakan apa
saja kegiatan anaknya baik diluar sekolah maupun diluar sekolah. Orang tua pun
harus membatasi pergaulan anaknya dan orang tua berhak memilih teman untuk
anaknya bermain, mana teman yang baik dan mana teman yang harus dijauhi. Untuk
orang tua yang terpaksa jauh dari anaknya dan akhirnya anaknya harus kos atau
tinggal diasrama, seharusnya orang tua mencarikan orang tua pengganti atau
biasa disebut dengan walinya. Bisa jadi itu kepala asrama, ibu kos, ataupun
salah satu kerabat dekat dan tentunya mereka bisa dipercayai untuk memantau dan
mengontrol pergaulan anaknya. Selain itu seharusnya orang tua memberikan izin
untuk anaknya ketika anaknya berminat untuk mengikuti kegiatan-kegiatan
disekolah maupun dilluar sekolah. Ini diharapkan agar pelajar tersebut focus
dengan kegiatannya dan berambisi untuk meraih prestasi setinggi mungkin.
Dengan begitu pelajar tidak memiliki
waktu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat, misalnya paccaran, balap liar,
nongkrong, dan lain-lain.
2. Modernisasi informasi
diciptakan, dan dimanfaatkan untuk kemajuan
dan perkembangan komunikasi untuk masyarakat banyak termasuk dengan
pelajar. Pelajar SMA sangat butuh mencari informasi dan data untuk membantu
dalam pengerjaan tugas, dan rata-rata pelajar sekarang kebanyakan sudah
tergantung kepada internet. Karena itu tidak heran terkadang pelajar SMA telah
di fasilitasi semacam gadget seperti
handphone, smartphone, laptop, ipad, dan lain-lain, agar bias dengan mudah
mengakses internet dengan mudah dan lebih
cepat pastinya. Tetapi pemanfaatkan teknologi tersebut harus positif dan
bersikap wajar. misalnya untuk handphone yang memiliki memori card sebaiknya
kapasitas memori cardnya dibatasi hanya untuk menyimpan beberapa foto dan lagu,
ini supaya pelajar tidak bisa menyimpan video-video yang belum pantas untuk
mereka lihat. Untuk penggunaan smartphone
seperti blackberry misalnnya paket internet dan servis blackberrynya pun dibatasi hanya untuk
sekedar pesan singkat dan jejaring sosial saja, disarankan untuk tidak memakai
paket full service untuk menghindari pelajar mendownload video-video dewasa.
Sedangkan untuk penggunaan komputer dan modem, seharusnya situs-situs dewasa
diblokir terlebih dahulu, agar pelajar tidak bisa mengakses ke web yang telah
disediakan itu.
3. Pembekalan ilmu agama dan
seks, seharusnya sejak dini pelajar sudah dibekali dengan ilmu keagamaan.
Kedekatan dengan tuhan bukan hanya mendidik mereka untuk menjauhi pergaulan
bebas tetapi untuk bekalnya nanti di akhirat. Selain ilmu tentang keagamaan,
pelajar juga harus dibekali akan pemaknaan tentang seks itu apa, agar ketika
dewasa pelajar tidak sesat pikir. Selain
pembekalan tentang agama anak juga harus dibekali pengetahuan tentang seks agar
mereka tidak pikir, dan akhirnya mereka dapat membedakan mana yang harus
dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan, sebatas mana pergaulan itu
dianggap wajar, dan mana yang tidak wajar dan harus dijauhi. Memberikan
penjelasan untuk anaknya terutama remaja perempuan bahwa virginitas itu adalah
hal yang penting dan harus dijaga seperti yang dikatakan Kertas putih arti virginitas atau keperawanan bagi remaja
putri, gadis, dan wanita yang belum menikah adalah sebuah nilai kesucian yang
harus dijaga sampai dia memasuki kehidupan rumah tangga. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh kertas putih tersebut diatas bahwa sesungguhnya sebuah
virginitas itu harus dijaga. Dan virginitas itu hanya dimiliki oleh seorang
perempuan dan alangkah kelebihan itu harus dijaga sampai dengan jenjang
pernikahan.
4. Guru, masyarakat sekitar,
dan juga pemerintah juga harus mendukung agar bisa mencegah pergaulan bebas
yang pada akhirnya berimplikasi pada pandangan pelajar tentang seks bebas itu
adalah hak yang biasa dan virginitas itu seakan-akan bukanlah sesuatu yang
berharga lagi. Pergaulan bebas bisa dicegah dengan adanya perhatian dari orang
tua dan dibantu dengan guru yang mengajar, masyarakat sekitar, dan
pemerintah. Misalnya sering diadakan
event-event atau kejuaraan-kejuaraan seperti olahraga, seni budaya, grup vocal,
dan lain-lain, ini diharapkan agar pelajar focus untuk mengejar prestasi dan
akhirnya bisa membanggakan orang tua, teman, guru, dan diri sendiri.
Memunculkan kembali identitas daerah khususnya kota Pangkalpinang dimata para
pelajar. Bahwa kota Pangkalpinang itu adalah bagian dari provinsi Bangka
Belitung. Yang perilaku masyarakatnya diatur oleh adat istiadat serta
kebudayaan melayu. Adat istiadat rumpun melayu itu seperti berpakaian yang
sopan terutama untuk perempuan tidak mengumbar auratnya, bertutur kata santun,
menghormati orang tua, dan taat terhadap agama dan kepercayaannya. Selain itu
juga ada norma-norma yang berlaku di negara ini, dan semua warganya bertindak
dengan berpedoman dan menjujung tinggi
nilai dan norma-norma yang berlaku di negara ini. Semua tindakan harus
berdasarkan norma sehingga akan ada hukuman ketika terjadi pelanggaran atau
sengaja untuk melanggar dari adat istiadat dan norma-norma tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar