Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pergeseran Perilaku Pelajar SMA kota Pangkalpinang
By : Megawati
Pergeseran
perilaku pelajar karena adanya norma-norma yang semakin kabur sehingga pelajar
melakukan penyimpangan, seperti yang dikatakan Max Weber (dalam Wardi Bachtiar,
2006:269) dua pernyataan fundamental mengenai berbagai makna merupakan hal yang penting bagi Weber. Pertama, seseorang
haruslah menyadari tentang fakta bahwa perilaku bermakna samar dalam
bentuk-bentuk yang tidak bermakna. Banyak perilaku tradisional begitu biasa
seakan-akan hampir tidak bermakna. Dalam hal ini dimaksudkan adalah adanya budaya
dan norma-norma yang seharusnya dijunjung tinggi karena didalam budaya terdapat
nilai-nilai dan norma sosial. Misalnya adat istiadat yang mempunyai nilai
pengontrol dan nilai sangsional terhadap tingkah laku masyarakatnya. Setiap
daerah ataupun wilayah mempunyai nilai adat istiadat yang berbeda, ini
disebabkan berbedanya asal usul suatu daerah, berbedanya suku dan berbedanya
suatu budaya dengan budaya daerah lainnya. Sedangkan norma-norma sosial yang
berlaku adalah keempat norma yang berlaku secara nasional yaitu : Norma agama,
Norma kesopanan, Norma kesusilaan, Norma hukum.
Norma-norma
sosial tersebut sama dan berlaku disetiap daerah di indonesia umumnya. Namun
karena sifatnya yang abstrak membuat kebudayaan dan norma-norma tersebut
semakin tergerus. Apalagi era globalisasai dimana semuanya bisa dilihat, dan
dicoba. Ketika gaya pakaian ala kebarat-baratan yang tidak sesuai dengan norma
kesopanan dan adat istiadat suatu daerah
yang dulunya hanya bisa dilihat di televisi dan majalah tetapi sekarang
remaja bisa melihat fashion, style, trend melalu majalah dan televisi, bukan
hanya melihat, mereka bisa mencoba dan merasakan trend tersebut tinggal pilih
dan beli. Sekarang mencoba sesuatu yang baru tetapi tidak sesuai dengan
norma-norma dan adat istiadat adalah menjadi hal yang biasa untuk para remaja.
Menggunakan celana pendek ataupun rok mini ditempat umum adalah gaya hidup.
Karena norma-norma dan adat istiadat sifatnya tidak nampak, akhirnya norma dan
adat istiradat yang semakin kabur di era globalisasi ini membuat perilaku
pelajar semakin menyimpang. Pernyataan kedua adalah mengenai makna adalah lebih
penting, karena pentingnya hakikat kaausal dari makna. Sejauh mana makna
menjadi kausal perilaku?. Tidak bermakna itu bukan berarti identik dengan
menjadi tidak adanya kehidupan atau tidak adanya manusiawi. Dikaitkan dengan
perilaku pelajar, penyimpangan yang mereka lakukan menjadi tidak bermakna
ketika norma-norma dan adat istiadat tidak lagi diberlakukan pada kehidupan
mereka. Sesuatu tidak memiliki makna hanyalah jika sesuatu itu tidak dapat
dihubungkan dengan aksi peranan metode dan kegunaannya. Suatu kategori fakta
adalah tidak memiliki makna akan tetapi
penting untuk menjelaskan aksi menyangkut berbagai fenomena psikologinya
seperti kegembiraan, kebiasaan, dan lain-lain. begitu pula perilaku pelajar
yang menyimpang itu termasuk tidak bermakna karena tidak ada kegunaannya, makna
kegunaannyalah yang tidak ada dari perilaku pelajar yang menyimpang itu, tetapi
perilaku psikologis mereka seperti bahagia, sedih, kebiasaan mereka itu
menjelaskan kalau bahwasanya mereka melakukan aksi, meskipun aksinya tersebut
tidak menghasilkan sesuatu yang berguna. Dalam hal ini perilaku penyimpangan
dikhususkan pada perilaku seks bebas dikalangan pelajar.
Seks bebas yang terjadi di kalangan pelajar terjadi
karena adanya faktor-faktor yang mendukung. Ada beberapa faktor yang mendukung
sehingga adanya peluang untuk pelajar melakukan seks bebas. Berdasarkan hasil
wawancara menurut pemikiran saya ada beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pergeseran perilaku pelajar kota pangkalpinang adapun fakor-faktor
yang mempengaruhi
pergeseran perilaku pelajar adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan
tempat tinggal dan pergaulan.
Lingkungan dan tempat tinggal menjadi faktor yang sangat mempengaruhi tingkah
laku dan pola berpikir pelajar. Ketika tempat tinggal pelajar yang jauh dari
kontrol orang tua ataupun wali mereka, maka yang terjadi adalah pelajar
tersebut akan bebas dan bertindak semaunya. Teman sepergaulan juga sangat mempengaruhi tingkah
pola dan perilaku dalam diri pelajar. Ada pepatah mengatakan berteman dengan
orang yang menjual parfum akan kebagian wanginya, begitu juga dengan kehidupan
nyata, pelajar yang tidak bisa memilih dalam berteman akan terjebak dalam
situasi dan akhirnya akan mengikuti perilaku temannya yang lain. misalnya anak
laki-laki yang sebelumnya bukan banci ketika berteman dengan banci lama
kelamaan akan terikut juga, begitu juga ketika pelajar berteman dengan
teman-temannya yang pergaulannya bebas, maka tidak menutup kemungkinan akan
terjebak juga didalam pergaulannya. Pelajar sekarang
kenyataannya bercerita satu sama lain tentang seks bebas dengan temannya adalah
hal yang biasa. Pelajar yang terlibat dalam dunia seks bebas, itu artinya
mereka tidak menganggap bahwa virginitas itu berharga, sehingga mereka tidak
bisa mempertahankan virginitasnya. dan dalam memilih teman bermain hal yang
harus dilakukan, karena tidak semuanya teman bersikap baik, ada kalanya
persaingan membuat teman iri dan ingin menjatuhkan kita. Berteman boleh saja
asal bisa menjaga jarak. Teman yang baik itu adalah teman yang saling
memberikan dukungan dalam hal yang positif.
Seharusnya pergaulan remaja harus dengan
kontrol orang tua atau orang yang dituakan, bisa jadi keluarga atau pun ibu
kos. Dengan begitu pelajar tidak bisa bertindak sesuka hatinya. Dan pelajar
harus dibekali dengan pengetahuan begitu juga pengetahuan tentang seks, agar
pelajar bisa membedakan mana yang wajar dan yang tidak wajar. Dan akhirnya
kembali kepada pribadi masing-masing untuk menjaga diri. Lingkungan disini
termasuk juga lingkungan keluarga didalamnya. Disinilah peran orang tua sangat
bearti misalnya memberikan perhatian kepada anak, kasih sayang, dan juga
nasehat, karena orang tualah yang terdekat dengan pelajar selain guru, teman,
dan juga pacar. Mengapa harus
dengan kontrol orang tua, bahwa salah satu
penyebab terjadinya seks bebas oleh pelajar di Kota Pangkalpinang adalah
pelajar merasa bebas ketika mereka harus “berpisah” tempat tinggal dengan orang
tua, sehingga pengawasannya kurang. Biasanya di kampung atau ketika tinggal
bersama dengan orang tua jadwal main ataupun keluar malam akan dipantau oleh
orang tua. Kebebasan itulah akhirnya membuat pelajar menjadi salah satu pelaku
seks bebas, karena seks adalah hal yang
biasa untuk dilakukan pada akhirnya mereka menilai
sebuah virginitas itu adalah hal
yang biasa saja.
kontrol masyarakat pun berperan dalam
perilaku pelajar, misalnya untuk pelajar yang kos. Apakah RT/RW bertindak tegas
akan daerahnya. Ada beberapa kelurahan di Pangkalpinang yang menyediakan
kos-kosan yang aturannya bebas, misalnya kosan putri bisa membawa teman
laki-lakinya masuk kedalam kamar. Ini bukanlah hal yang tabu lagi, bahkan
saling terbuka satu sama lain, anehnya masyarakat sekitar tampak tidak peduli
dengan keberadaan kos tersebut yang membebaskan peraturan untuk penghuninya.
Ini dapat menjelaskan bahwa ketua RT/RW tidak mau tahu akan situasi kosan
tersebut, terkadang mereka tahu tetapi takut menyinggung pemilik kos yang
terkadang merupakan warga dari RT/RW tersebut dan ada juga yang beda kelurahan
maupun beda kota. Di Pangkapinang sendiri masih banyak terdapat kos-kosan
dengan embel-embel bebas, dan biasa lebih mahal daripada kos-kosan dengan
aturan yang ketat tersebut. Ada juga sebagian kosan yang penghuni kosnya harus
mengikuti tata tertib baik secara lisan maupun tulisan, bahkan tidak
segan-segan pengurus kos memberitahukan atau menanyakan ketika penghuni kos
melakukan kegiatan yang dianggap melanggar peraturan kos. Seharusnya setiap kos
ada peraturan yang harus dibuat agar bisa mencegah terjadinya perilaku
penyimpangan, terutama dikalangan pelajar.
Terjadinya penyimpangan dan pergeseran
perilaku pelajar dapat terlihat dari hasil
Berdasarkan informasi dari informan maka
pengamatan peneliti bahwa seks bebas merupakan hal yang biasa dan tidak tabu
lagi. Bahkan mereka berani bercerita dengan teman-temannya, ini disebabkan seks
merupakan hal yang biasa dimata informan sehingga tidak perlu merasa malu,
seolah-olah seks bebas bukanlah merupakan suatu bentuk penyimpangan. Telah
terjadi pergeseran perilaku pelajar sehingga mereka memaknai virginitas itu
bukanlah hal yang penting, sebelumnya mereka menganggap virginitas itu adalah
hal yang harus dijaga, tetapi dengan terjadinya pergeseran perilaku remaja maka
makna virginitas itu sudah tidak diindahkan lagi. Salah satu faktor penyebab
terjadinya seks bebas ini adalah lingkungan tempat tinggal termasuk juga
keluarga, selain keluarga teman bergaul juga sangat mempengaruhi. Penggunaan
internet tanpa pengawasan orang tua bisa juga menjadi penyebab, dunia maya yang
seharusnya menjadi tempat bersosialisasi untuk mendapatkan teman baru bisa jadi
membawa dampak yang merugikan pelajar.
2. Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi sangat mempengaruhi pergaulan
diantara pelajar, adanya rasa gengsi yang tinggi dan bersaing dengan
teman-teman membuat pelajar ingin memiliki barang-barang yang sifatnya update
misalnya baju baru, sepatu model terbaru, bahkan sampai dengan handphone
terbaru misalnya blackberry. ) seperti yang dikatakan oleh Marjohan
dinyatakan bahwa hedonisme adalah doktrin yang menyatakan bahwa kesenangan
adalah hal yang paling penting dalam hidup, atau hedonisme adalah paham yang
dianut oleh orang-orang yang mencari kesenangan hidup semata. Gaya hidup inilah
yang terjadi pada pelajar masa kini terutama pelajar SMA di Pangkalpinang.
Mencari kesenangan adalah sesuatu yang penting dalam hidupnya keadaan
yang kurang mampu memaksa para pelajar tersebut harus menawarkan jasanya kepada
pria “hidung belang”. Semua dilakukan asal teman-temannya tidak menganggap dia
adalah orang miskin. Demi uang pelajar rela melakukan apa saja demi sebuah
kesenangan, agar bisa membeli apa saja yang mereka mau. Seks bebas sebenarnya
hal yang sangat bertentangan dengan norma, apalagi Bangka Belitung adalah
rumpun melayu yang sangat kental adat istiadatnya. Pergeseran dan perubahan
sosial akhirnya menggerus adat itu sedikit demi sedikit, yang akhirnya
virginitas harusnya dipertahankan sekarang menjadi hal yang biasa saja bahkan
bisa dibeli. Lingkungan tempat tinggal dimana pelajar itu tinggal dan teman
sepermainan menjadi faktor pendukung pembentukan karakter dan sifat pelajar.
Selain itu media, misalnya penggunaan telepon seluler, kebanyakan pelajar SMA
di Pangkalpinang ini menggunakan HP yang rata-rata sudah memiliki aplikasi
kamera dan memori card. Terkadang aplikasi tersebut disalahgunakan, begitu juga
dengan penggunaan internet, selain sebagai tempat mencari informasi untuk
kebutuhan pelajaran, internet juga bisa menjadi teman yang bisa menjebak
pelajar, misalnya dengan bermain game sampai lupa waktu sampai dengan
mendownload film dewasa. Penggunaan teknologi dan komunikasi yang semakin
canggih terkadang membantu proses pembelajaran, tetapi ketika tidak diawasi
penggunaannya maka akan memberikan dampak yang tidak baik untuk perkembangan
dan perilaku pelajar. Selain itu teknologi komunikasi dan faktor ekonomi sangat
berkaitan erat dalam hal ini pelaku seks bebas yang kehidupannya dengan ekonomi
kelas bawah tetapi ingin memiliki handphone terbaru yang pasti harganya cukup
mahal, sehingga untuk mendapatkan handphone terbaru itu akhirnya pelajar
menawarkan jasanya kepada yang memerlukan.
Virginitas
takkan bearti lagi kalau bisa dibayar dengan uang, bisa saja itu terjadi
seperti film “Virgin” film layar
lebar di negara kita ini yang pernah mengangkat cerita pergaulan remaja, karena
genggsi yang tinggi dari akhirnya menjual “keperawanannya” agar mendapatkan apa
yang mereka inginkan.
3. Penggunaan teknologi dan
komunikasi. Penggunaan handphone dengan teknologi pendukung
seperti kamera dan memiliki kapasitas kartu memori memudahkan para pelajar
menyimpan data seperti foto dan video yang
sama sekali tidak untuk mendidik. Internet juga menjadi salah satu
faktor, adanya jejaring sosial yang memudahkan para pelajar kenal satu sama
lain dengan mudah dengan hanya berselancar di internet, terkadang terjadi transaksi melalui via
internet dan jejaring sosial. Tidak sampai disitu saja penggunaan internet
tanpa pengawasan orang tua memudahkan pelajar bebas menyelami dunia maya yang
terkadang ada beberapa situs khusus dewasa tetapi sengaja dibuka oleh pelajar
karena rasa ingin tahu yang begitu besar. Penggunaan handphone dan internet
seharusnnya dalam pengawasan orang tua agar tidak terjadi penyalahgunaan teknologi
dan alat komunikasi. Seharusnya pelajar
tugasnya adalah belajar untuk mencapai sebuah prestasi agar muncul persaingan
yang sehat untuk saling menjadi yang terbaik. Hal ini dapat memicu semangat
seorang pelajar untuk selalu menjadi juara, baik secara akademis maupun
non-akademis. Dengan prestasi tersebut bukannya bisa membanggakan kedua orang
tua pelajar. Dengan berprestasi dan mempunyai kesibukan akhirnya pelajar akan
menjauhi perilaku menyimpang, dalam hal ini seks bebas. kurangnya pengetahuan
tentang seks membuat para pelajar merasa bersalah ketika terjebak dalam
perilaku seks bebas. semua ini disebabkan adanya pergaulan yang kurang
terkontrol. Penggunaan internet dikalangan remaja bagaikan dua sisi mata pisau,
dimana yang salah satunya berguna, membantu pelajar dalam mencarikan informasi
untuk tugas dan PR mereka, tetapi disisi lain penggunaan “social network” misalnya facebook,
twitter, camfrog, youtube dan lain-lain. tanpa ada pengawasan bisa saja
pelajar melakukan tindakan yang akhirnya menjerumuskan mereka kedalam seks
bebas.
4.
Kurangnya
pemahaman tentang agama. Kedekatan dengan
tuhan akan membuat seorang manusia takut akan dosa, pelajar yang dekat dengan
tuhannya akan menjauhi larangan yang akhirnya mendapatkan dosa ketika dilakukan.
Keluarga seharusnya sudah mengenalkan agama kepada anakanya ketika masih kecil
dan selalu mengawasi perilaku anaknya. Kurang pemahaman tentang agama juga
berarti kurang memahami norma-norma yang berlaku di negara ini. Sudah pasti
peilaku seks bebas sebelum menikah itu sangat menyimpang baik dimata hukum,
kesusilaan, kesopanan, dan agama. Nilai dan norma-norma yang berlaku tersebut
sudah tidak berarti lagi ketika pelajar lebih suka berdiam diri di depan
komputer dan berselancar di dunia maya, norma kesusilaan tidak akan berlaku
lagi ketika pelajar pacaran ditempat umum, norma keagamaan tidak berlaku lagi
dan mereka bahkan tidak tahu kalau perilaku seks bebas itu menyimpang dari
aturan agama dan kepercayaanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar