Kamis, 17 Oktober 2013

Semua ada di Hongkong, Bangka “trouble maker”, Kurau-ku Bertahanlah

semua itu ada di Hongkong,,,,,

Saya berani bilang gitu, meskipun saya belum pernah ke Hongkong.  Tapi setahu saya orang kaya itu ada di Hongkong, artis pun dari hongkong, cantik pun kebanyakan dari hongkong, cowok tajir melipir pun berasal dari hongkong, kota metropolitan pun di Hongkong, Ferrari yang 10 Milyar pun dari Hongkong. Bahkan nenek tua pun dari Hongkong, saya pun tak tahu mengapa, Hongkong yang kotanya kecil gitu di Banding Indonesia kok malah punya segalanya. Hongkong punya segalanya, canggih, kaya, miskin, ganteng, cantik, tua, muda, enak, panas, keren, semua ada di Hongkong.

Bukan hanya saya  ajah loh yang tahu apa-apa itu ada di Hongkong, adek saya, sepupu saya, teman-teman saya, anak SD, nenek-nenek gaul, artis juga tahu (mungkin mereka sudah pernah ke Hongkong), dan semua orang juga tahu semua itu ada di Hongkong, mau tahu alasannya apa?
Kayak gini cewek cantik itu katanya cewek amerika latin, cewek India, cewek Jepang, cewek western, cewek Bangka opsss, tapi setiap saya bilang ke teman saya ketika ada cewek cantik lewat, teman saya langsung bilang “ cantik dari Hongkong”, bukan teman saya saja yang tahu cewek-cewek di hongkong itu cantik, adik sepupu saya juga selalu bilang gini ketika saya bilang kayak gini “ wah dia itu kan artis yah” sepupu ku pun langsung jawab artis dari hongkong, lah dia ajah belum pernah ke hongkong malah sudah hafal artis-artis hongkong. Setiap ada orang yang lagi marah pun pasti pamer dan selalu bilang (dari Hongkong, cie cie yang lagi di Hongkong, atau baru pulang dari Hongkong). Kalau ada yang bilang “Eh mereka itu orang kaya yah” pasti temannya langsung  menjawab “Kaya dari Hongkong”, mas-mas lagi nawarin HP mahal, dan bilang udah murah loh buk ada diskon 20 % dan emak-emak itu pun menyahut “ murah dari Hongkong”. Saya pun tak tahu pasti apa penyebabnya mengapa seakan-akan penyebutan kata “dari hongkong” maknanya ngedumbel, kurang senang gitu. Mengapa harus Hongkong? Mengapa? Mengapa?
Bukan hanya di Bangka saja ketika orang ngedumbel dan berkata “ murah dari Hongkong” dan sebagainya, bahkan orang Indonesia dari berbagai daerah pun sering berkata demikian. Apakah Hongkong sebegitu hebatnya? Haruskah kita ke Hongkong untuk menjawab misteri besar ini (lebay Bombay M).
Penyebutan kata Hongkong itu  memang kurang jelas juga apa maknanya, tetapi saya pun sering memakainya, dan berani memakainya ketika wawancara pembuatan paspor. (sebelumnya saya sudah kesal duluan, saya sudah lupa apa penyebabnya) beginilah percakapan singkat saya melalui cacao-tok
Mas-mas kantor Imigrasi (MKI) dan saya Shasa cantik sekali (SCS)
MKI : paspor pertama?
SCS : ia pak,
MKI : rencana mau kemana?
SCS : ke HONGKONG…
Jelas-jelas saya tak ada niat kesana, tetapi karena ada proses yang membuat saya doungkol saya pun lupa penyebabnya apa, jadilah pertanyaanya saya jawab ke Hongkong, yang seharusnya saya jawab untuk ke hatinya (prott dah).

Selain dari Hongkong, entah mengapa orang Bangka selalu dianggap lebih tua daripada orang Indonesia lainnya, dan orang Indonesia pun selalu menganggap orang Bangka itu “trouble maker”. Meskipun baru bertemu dan orang itu mungkin saja bukan dari Bangka, kalau ada masalah pasti orang akan berkata “dasar si tua Bangka” what? Mengapa harus Bangka, hello sebenarnya orang Bangka juga tak pernah menamai anaknya “situa” dan tak ada dan saya belum pernah dengar yang namanya situa itu menjadi perwakilan Bangka misalnya atlet, anggota DPR RI, Menteri, atau malah ketua MA atau ketua KPK? Dan darimana anda dapat kata-kata “ si Tua Bangka” nah kalau tua tunu baru ada.

Orang Indonesia selalu ngedumel “dari Hongkong” dan “si tua Bangka”, nah kalau orang Bangka ngedumelnya kayak gini “waduh sahang turun (lada murah) ancok kurau” (ancok kurau =hancur kurau, kurau sendiri adalah desa nelayan yang ada di Bangka tengah). Sejak saya kenal kata Ancok Kurau, sejak saat itulah saya bertekad tak akan membangun Rumah di Kurau, daripada hancur. Nah kalau hancur kurau itu saya sendiri masih bingung dan banyak persepsi, entah mengapa harga timah dan lada yang turun kok berimbas ke kurau (yang sama sekali bukan penghasil timah dan lada). Kecuali angin kencang, nelayan tak bisa melaut, baru kena  kata-katanya “ancok kurau”.
Mulai sekarang tolonglah dig anti kebiasaan lama dengan yang baru, misalnya cantik dari Hongkong di ganti cantik dari Bangka, si tua Bangka diganti si tua Keladi, hancur kurau diganti dengan hancur hatiku by: olga. Semoga yang baca ini disumpahin dapat  cewek cantik dari Bangka, tapi karena dia tua-tua keladi akhirnya diputusin ama ceweknya jadilah dia mewek sambil nyanyi hancur hatiku (wek kagak nyambunng, lebay Bombay M)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar