Kamis, 17 Oktober 2013

menurut saya apapun permainannya harus pake tangan



Menurut saya semua permainan itu “pakai” Tangan

Saya pecinta olahraga, alasannya hanya satu mau hidup sehat dan punya bentuk tubuh yang bagus (tidak gemuk dan tidak kurus). Semua teman-teman saya tahu kalau saya ini adalah “atlet” voli di Bangka Belitung yah meskipun ecek ecek sih hehhehe secara saya mainnya biasa-biasa ajah. Oke sebagai atlet voli apa-apa harus pakai tangan kan, smash, service, blok, defend, passing dan lain-lain semuanya makai tangan deh, sampai-sampai  ada  salah satu teman atlet tapi beda cabang yang protes tuh ke  saya, dia bilang gini “ kamu tuh atlet voli, tapi kok tanganmu tak berotot yah” saya hanya menjawab  dengan senyuman tapi tak bisa menjelaskan, saya juga gak tahu kenapa lenganku tak berotot hahhahaha.

Karena bertahun-tahun berkutat dengan voli (sampai voli inilah yang memperlambat kuliah saya) apa-apa itu harus memakai tangan, dan selalu saya coba di olahraga lain. Misalnya sewaktu saya SMEA ada kejuaraan tingkat kotamadya, hampir semua cabang olahraga (Nampak sekali sekolah kami kekurangan atlet, jadilah saya menjelma menjadi atlet serba bisa hahahha), waktu itu saya ikut atletik (lempar lembing, tolak peluru, dan lempar cakram), sepak takraw dan terutama yang utama voli yah karena disitu memang keahlian saya. Saat di atletik tidak terdapat kendala apapun, dan jangan menyangka saya menang, karena lemparan saya Cuma seutil (saya kan cemen banget) okeh setidaknya saya dan sekolah saya ikut berpartisipasi lah, daripada nggak kan lebih cemen lagi. Besoknya pertandingan takraw, saya sejujurnya tak bisa sama sekali bermain takraw, hanya saya punya kakak kelas yang jago banget main takraw (jadilah saya dan teman saya itu hanya sebagai pelengkap saja), dan ketika lawan melakukan smash ke arah saya, dengan santai bola rotan itu saya pasing pakai tangan, tanpa rasa bersalah pula. Semua orang yang ada dilapangan langsung menertawakan saya. (baiklah kali ini saya malu karena bola rotan yang “keras” saya passing seperti bola voli). Kejadian bermain memakai tangan itu bukan hanya terjadi bermain takraw saja, pernah sewaktu SMEA ada pertandingan futsal putri, kebetulan tim SMEA turun dan saya ikut bermain, saya sebenarnya adalah penyerang, tetapi sewaktu semi final tiba-tiba kipper kami mundur dan tak mau menjadi kipper, saya lah yang didaulat menjadi kipper, pada saat lawan menendang bola kearah gawang dengan semangat pula bolanya ku kejar bukan untuk saya tangkap tetapi saya smash, yihaaa saya puas sekali.

Karena terbiasa loncat-loncat dan smash, bagiku mudah saja bermain bulu tangkis meskipun tak hebat tapi saya bisa melakukan smash yang menancap karena saya jumping saat mau smash, sampai bapak-bapak taspen itu berkata “atlet bulu tangkis yah” langsung mbak-mbak kosan saya bilang, “bukan, dia atlet voli”.
Kalau bermain tangan saya jago, bagaimana kalau bermain kaki?
Seperti takraw kalau saja ada system eliminasi paling saya duluan yang masuk, saya kan cemen banget, kalau cau bagaimana?. Cau adalah permainan  atau olahraga asli dari Vietnam, dan saya pertama kali melihat orang bermain cau yah di Vietnam, di taman kota ho chi min city. Permainan cau seperti takraw main tending, tapi bisa juga pakai tangan. Sore itu setelah lelah berkeliling kota dan tak tahu harus kemana saya pun nangkring dan tepe-tepe (tebar pesona) di taman kota, dan melihat orang bermain cau. Setelah berbasa basi bolehkah saya bermain? Mereka bilang boleh saja mengapa tidak.
Mulailah saya bermain, sebelumnya saya meletakkan tas dan kamera saya di tengah-tengah lingkaran kami bergabung dengan tas yang lainnya. Kali pertama saya tak tahu dan bilang ups sorry, saya tidak tahu caranya, dan mereka berkata tidak apa-apa, santai ajah. Setelah bisa 2 kali 3 kali sepak ada bapak-bapak menggunakan tangan, saya pun bertanya, memang boleh gitu pakai tangan, mereka jawab boleh, pakai kepala juga boleh, siku juga boleh, setelah mereka berkata demikian saya langsung tersenyum. Permainan dimulai (serasa sinyu deh pas tahu bisa main juga pakai tangan) bola ditendang kesana kemari melambung jauh dan dengan santai saya ambil dengan tangan (seperti smash tapi tanpa loncat) dan mereka pun berkata “yah bagus seperti itu”. Berulang kali saya lakukan dengan tangan dan itu lebih baik daripada mereka, bahkan pernah bolanya mau jatuh lagi-lagi tangan “voli” inilah yang menyelamatkannya, dan mereka bilang (waw gitu), saya pun tersenyum tulus pura-pura itu adalah sebuah kebetulan. Setelah berkeringat saya pun memisahkan diri dan tidak lupa juga berterima kasih, lumayan dapat pengalaman baru, dan lumayan bisa smash meskipun bukan bola voli. Sampai sekarang saya selalu tertawa sendiri kalau ingat permainan itu, yang pertama terlihat sulit, akhirnya sangat mudah bagi saya, bahkan bapak-bapak itu bilang kamu pemula yang cepat mengerti. Saya pun hanya tersenyum kepada bapak-bapak itu sambil berkata “kebetulan saja pak”. (kebetulan bisa pakai tangan pak).
Dari semua permainan menggunakan tangan dan smash, saya pernah maksain teman saya mengoper bola tinggi dan saya langsung smash keras dan bola itu pecah, beneran ini bukan rekayasa, untung bolanya Cuma seharga 2500 perak, sejak saat itu setiap kali bermain pimpong saya tidak memaksa untuk smash kuat, karena tahu bolanya dari plastic pasti pecah lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar