Menurut saya semua permainan itu
“pakai” Tangan
Saya pecinta olahraga, alasannya
hanya satu mau hidup sehat dan punya bentuk tubuh yang bagus (tidak gemuk dan
tidak kurus). Semua teman-teman saya tahu kalau saya ini adalah “atlet” voli di
Bangka Belitung yah meskipun ecek ecek sih hehhehe secara saya mainnya
biasa-biasa ajah. Oke sebagai atlet voli apa-apa harus pakai tangan kan, smash,
service, blok, defend, passing dan lain-lain semuanya makai tangan deh,
sampai-sampai ada salah satu teman atlet tapi beda cabang yang
protes tuh ke saya, dia bilang gini “
kamu tuh atlet voli, tapi kok tanganmu tak berotot yah” saya hanya
menjawab dengan senyuman tapi tak bisa
menjelaskan, saya juga gak tahu kenapa lenganku tak berotot hahhahaha.
Karena bertahun-tahun berkutat
dengan voli (sampai voli inilah yang memperlambat kuliah saya) apa-apa itu
harus memakai tangan, dan selalu saya coba di olahraga lain. Misalnya sewaktu
saya SMEA ada kejuaraan tingkat kotamadya, hampir semua cabang olahraga (Nampak
sekali sekolah kami kekurangan atlet, jadilah saya menjelma menjadi atlet serba
bisa hahahha), waktu itu saya ikut atletik (lempar lembing, tolak peluru, dan
lempar cakram), sepak takraw dan terutama yang utama voli yah karena disitu
memang keahlian saya. Saat di atletik tidak terdapat kendala apapun, dan jangan
menyangka saya menang, karena lemparan saya Cuma seutil (saya kan cemen banget)
okeh setidaknya saya dan sekolah saya ikut berpartisipasi lah, daripada nggak
kan lebih cemen lagi. Besoknya pertandingan takraw, saya sejujurnya tak bisa
sama sekali bermain takraw, hanya saya punya kakak kelas yang jago banget main
takraw (jadilah saya dan teman saya itu hanya sebagai pelengkap saja), dan
ketika lawan melakukan smash ke arah saya, dengan santai bola rotan itu saya
pasing pakai tangan, tanpa rasa bersalah pula. Semua orang yang ada dilapangan
langsung menertawakan saya. (baiklah kali ini saya malu karena bola rotan yang
“keras” saya passing seperti bola voli). Kejadian bermain memakai tangan itu
bukan hanya terjadi bermain takraw saja, pernah sewaktu SMEA ada pertandingan
futsal putri, kebetulan tim SMEA turun dan saya ikut bermain, saya sebenarnya
adalah penyerang, tetapi sewaktu semi final tiba-tiba kipper kami mundur dan
tak mau menjadi kipper, saya lah yang didaulat menjadi kipper, pada saat lawan
menendang bola kearah gawang dengan semangat pula bolanya ku kejar bukan untuk
saya tangkap tetapi saya smash, yihaaa saya puas sekali.
Karena terbiasa loncat-loncat dan
smash, bagiku mudah saja bermain bulu tangkis meskipun tak hebat tapi saya bisa
melakukan smash yang menancap karena saya jumping saat mau smash, sampai
bapak-bapak taspen itu berkata “atlet bulu tangkis yah” langsung mbak-mbak
kosan saya bilang, “bukan, dia atlet voli”.
Kalau bermain tangan saya jago,
bagaimana kalau bermain kaki?
Seperti takraw kalau saja ada
system eliminasi paling saya duluan yang masuk, saya kan cemen banget, kalau
cau bagaimana?. Cau adalah permainan
atau olahraga asli dari Vietnam, dan saya pertama kali melihat orang
bermain cau yah di Vietnam, di taman kota ho chi min city. Permainan cau
seperti takraw main tending, tapi bisa juga pakai tangan. Sore itu setelah
lelah berkeliling kota dan tak tahu harus kemana saya pun nangkring dan
tepe-tepe (tebar pesona) di taman kota, dan melihat orang bermain cau. Setelah
berbasa basi bolehkah saya bermain? Mereka bilang boleh saja mengapa tidak.
Mulailah saya bermain, sebelumnya
saya meletakkan tas dan kamera saya di tengah-tengah lingkaran kami bergabung
dengan tas yang lainnya. Kali pertama saya tak tahu dan bilang ups sorry, saya
tidak tahu caranya, dan mereka berkata tidak apa-apa, santai ajah. Setelah bisa
2 kali 3 kali sepak ada bapak-bapak menggunakan tangan, saya pun bertanya,
memang boleh gitu pakai tangan, mereka jawab boleh, pakai kepala juga boleh,
siku juga boleh, setelah mereka berkata demikian saya langsung tersenyum.
Permainan dimulai (serasa sinyu deh pas tahu bisa main juga pakai tangan) bola
ditendang kesana kemari melambung jauh dan dengan santai saya ambil dengan
tangan (seperti smash tapi tanpa loncat) dan mereka pun berkata “yah bagus
seperti itu”. Berulang kali saya lakukan dengan tangan dan itu lebih baik
daripada mereka, bahkan pernah bolanya mau jatuh lagi-lagi tangan “voli” inilah
yang menyelamatkannya, dan mereka bilang (waw gitu), saya pun tersenyum tulus
pura-pura itu adalah sebuah kebetulan. Setelah berkeringat saya pun memisahkan
diri dan tidak lupa juga berterima kasih, lumayan dapat pengalaman baru, dan
lumayan bisa smash meskipun bukan bola voli. Sampai sekarang saya selalu
tertawa sendiri kalau ingat permainan itu, yang pertama terlihat sulit,
akhirnya sangat mudah bagi saya, bahkan bapak-bapak itu bilang kamu pemula yang
cepat mengerti. Saya pun hanya tersenyum kepada bapak-bapak itu sambil berkata
“kebetulan saja pak”. (kebetulan bisa pakai tangan pak).
Dari semua permainan menggunakan
tangan dan smash, saya pernah maksain teman saya mengoper bola tinggi dan saya
langsung smash keras dan bola itu pecah, beneran ini bukan rekayasa, untung
bolanya Cuma seharga 2500 perak, sejak saat itu setiap kali bermain pimpong saya
tidak memaksa untuk smash kuat, karena tahu bolanya dari plastic pasti pecah
lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar